Senin, 29 September 2014

AKHLAK



1.      Pengertian akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti: perangai,tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. Akhlah adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.
Menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Didalam khazanah pemikiran tasawuf terdapat ungkapan “al-akhlaq bidayah at-tashawwuf wa at-tashawwuf nihayah al-akhlaq”, yakni akhlak adalah permulaan tasawuf, dan tasawuf adalah tujuan akhir atau puncak dari akhlak.
2.      Aplikasi akhlak dalam kehidupan
A.    Akhlak terhadap Allah
      Akhlak terhadap Allah merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun.
Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu:
a)        Taat terhadap perintahNya.
Taat adalah patuh kepada segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Allah yang telah memberikan segala-galanya pada diri kita, makanya kita wajib menaatiNya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):
 “Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
b)        Beriman
Beriman adalah meyakini wujud dan kekuasaan Allah serta meyakini apa yang difirmankanNya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sagat jauh tersesat.”(An Nisaa’ (4): 136)
c)        Ikhlas
Iklas adalah semata-mata mengharap ridha Allah. Jadi segala apa yang kita lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridha Allah SWT.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"sungguh mempesona perkara orang beriman, karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya".  (HR. Bukhari)
d)       Bersyukur
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar atas tiga hal (mengakui nikmat dalam batin, membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah), yang jika ketiganya tidak berkumpul maka tidaklah dinamakan syukur.
e)        Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri" (al-Baqarah,2:222)
Dalam Al-qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135):
"Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui."
f)       Banyak membaca al-qur’an
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita:
 "Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR. Muslim)
Toto suryana (1996: 148) mengemukakan perilaku kepada Allah sebagai berikut:
a)      Syukur
Syukur mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikanNya.
b)      Bertasbih
Bertasbih adalah mensucikan Allah dengan ucapan seperti memperbanyak mengucapkan “subhanallah” dan menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
c)      Istighfar
Istighfar yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah  dibuat dengan ucapan “astaghfirullah alaadzim”, sedangkan istighfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan yang tlah dilakukan.
d)     Takbir
Takbir yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar.
e)      Do’a
Do’a yaitu meminta kepada Allah apa yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Menurut kahar mansyur dalam bukunya yang berjudul “Membina Moral dan Akhlak” bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a.       Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b.      Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c.       Rela terhadap qadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d.      Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e.       Bertawakal/berserah diri kepada Allah SWT.
f.       Senantiasa mengingat Allah SWT.
g.      Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h.      Melaksanakan apa-apa yang di perintahkan Allah SWT. 
B.     Akhlak terhadap diri sendiri
Robert C. Solomon mengatakan bahwa etika meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik berbuat baik, menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup ini. Pengertian etika yang paling tentang diri adalah diri sebagai pelaku, pelaku tindakan. Diri sebagai pelaku di bedakan, misalnya dengan diri sebagai “yang mengetahui”. Para pelaku bertanggung jawab atas tindakannya, para pengamat semata-mata mencatat apa saja yang mereka lakukan.
Contoh yang di ambilkan dari ayat-ayat Allah dalam al-quran sebagai berikut :
1)      Sabar
Kesabaran tidak bisa di paksakan begitu saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada beberapa factor :
a)      Keberanian : seseorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian.
b)      Kekuatan : seseorang dapat bersabar terhadap segala sesuatu jika dalam dirinya tersimpan sejumlah kekuatan.
c)      Kesadaran dan pengetahuan : kesadaran adalah sumber kesabaran. Jika seseorang tahu dan sadar akan manfaat suatu pekerjaan bahwa dia dapat bersabar dalam mengerjakannya.
2)      Syukur
Menurut Muslim Nurdin syukur adalah sikap dan prilaku yang menunjukkan penerimaan terhadap suatu pemberian dalam bentuk pemanfaatan dan penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya. Syukur kepada Allah dapat di ungkapkan melalui dua cara, ucapan dan perbuatan. Orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah di sebut kufur. Orang yang kufur terhadap nikmat adalah orang sombong, merasa dirinya besar dan berkuasa.
3)      Tawadhu’ (rendah hati)
Seseorang yang menilai posisi kedudukannya dengan realitas selalu terhadap orang lain. Selalu menyukai nilai-nilai baik yang ada pada orang lain dan menerima kebenaran. Dia tidak pernah sombong.
4)      Benar
Sikap benar adalah salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakakn prinsip kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antarta satu golongan engan yang lainnya.
5)      Amanah
Amanah artinya kesetiaan, ketulusan, dan kepercayaan. Yang di maksud dengan amanah disini adalah suatu sifat adalah suatu sikap pribadi yang setia, tulus hati dalam melakanakan ssuatu yang di percayakan kepadanya berupa harta benda, rahasia, maupun tugas dan kewajiban.
C.    Akhlak kepada keluarga
1)      Berbakti kepada ibu dan bapak
Ibu dan bapak adalah perantara seorang anak lahir kedunia, kemudian ibu dan bapak merawat dan mendidiknya sampai dewasa dan mandiri. Karena itu islam mewajibkan anak berbakti kepada ibu dan bapak.
2)      Adil terhadap saudara
Sifat dan sikap adil ada dua macam. Adil yang berhubungan dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintahan. Adil yang berhubungan dengan perseorangan ialah tidakan yang memberikan hak kepada yang mempunyai hak. Sedangakan adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan, misalnya tindakan hakim yang menghukum orang-orang jahat sepanjang neraca keadilan. Pemerintahan di pandang adil jika mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata.
3)      Mendidik anak
Anak adalah amanah yang harus dirawat, di pelihara, dan dididik dengan penuh kasih sayang. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua yang paling utama yang meliputi pendidikan fisik dan rohani.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu dan Salimi, Noor. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam .Jakarta : Bumi Aksara. Cet 2
Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Cet 2
Safaat, Aat dan Syahrani, Sohari. 2008. Peranan Agama Islam . Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Cet 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar